Luka Modrić buka suara bahwa kegagalan transfer ke Chelsea di 2011 merupakan “berkah terselubung”. Kini di 2025, setelah rekam jejak panjang dan gelar bergelimang, ia menegaskan bahwa hidupnya bisa jauh lebih baik tanpa ke Blues.
Kronologi — Dari Minat, Penolakan, Hingga Penyesalan di Balik Kesuksesan
-
Pada musim panas 2011, Modrić ingin hengkang dari Tottenham Hotspur ke Chelsea. Ia sendiri pernah mengatakan — seperti dilaporkan media saat itu — bahwa Chelsea mewakili ambisinya untuk bersaing di level tertinggi. The Guardian+2Chelsea News+2
-
Namun ketua Tottenham, Daniel Levy, menolak semua penawaran Chelsea — dan secara tegas menyatakan Modrić “tidak untuk dijual”. The Guardian+1
-
Chelsea bahkan disebut sempat mengatur pertemuan dengan Modrić di yacht milik sang pemilik klub saat itu, Roman Abramovich — sebuah langkah dramatis yang menunjukkan betapa besar usaha klub London itu. Chelsea News+1
-
Namun rencana pindah itu kandas. Modrić tetap di Tottenham setahun lebih lama, lalu pada 2012 pindah ke Real Madrid — dan di sana kariernya meledak; ia meraih 28 gelar bersama Madrid, termasuk liga domestik, liga Champion, dan sekaligus mengangkat penghargaan individu: Ballon d’Or 2018. ESPN+2RealGM Soccer+2
-
Dalam wawancara terbaru (2025) — setelah ia merapat ke AC Milan — Modrić bilang bahwa kegagalan transfer ke Chelsea terasa seperti “berkah terselubung” (a blessing in disguise). RealGM Soccer+1
Kata Modrić: “Mungkin Sebaiknya Aku Tak Pernah Bilang di Publik”
-
Modrić mengaku: “Mungkin aku seharusnya tak mengatakan secara publik bahwa aku ingin pergi.” RealGM Soccer+1
-
Meski begitu, dia tetap menunjukkan profesionalisme: setelah penolakan, ia tetap bermain maksimal di Tottenham — menghasilkan performa terbaik di musim itu. ESPN+1
-
Menurut Modrić: keputusan tak pindah ke Chelsea membuka jalan baginya menuju Real Madrid — yang kemudian membawa kesuksesan luar biasa. Kalau dia pindah ke Chelsea, mungkin jalannya ke Madrid dan semua gelar itu nggak terjadi. RealGM Soccer+1
Pelajaran dari Kisah Modrić
-
Kadang keinginan & ambisi besar bisa terbendung oleh keputusan yang lebih rasional — dan hasil terbaik bisa datang dari pilihan yang tak terduga.
-
Kegagalan transfer tak selalu berarti akhir yang buruk. Untuk Modrić: itu adalah titik balik yang membuka pintu ke jalur lebih besar.
-
Profesionalisme penting: meski kecewa, dia tetap berkomitmen di klub sampai waktu yang tepat — dan itu dihargai jangka panjang.
Kenapa Kisah Ini Masih Relevan di 2025
-
Dalam dunia transfer pemain yang sekarang sangat cair dan penuh spekulasi, kisah Modrić jadi pengingat bahwa “gagal” di satu klub bisa jadi berkah di klub lain — bahkan di level top.
-
Untuk pemain yang merasakan tekanan agar terus ‘naik kelas’, kisah ini menunjukkan bahwa sukses bukan cuma soal klub besar sekarang, tapi trajectory karier jangka panjang.
-
Bagi fans & klub: ini contoh bahwa kesabaran dan waktu bisa bawa hasil, bukan keputusan terburu-buru atau pindah klub karena ambisi semata.
